Jumat, 11 Maret 2011

TUGAS KMB II(DIABETES MELLITUS)

NAMA       :LILIS SULISTIA NINGRUM
KLS            :A/KP/V1
TUGAS      :KMB II (DIABETES MELITUS)

DIABETES MELITUS
    A.PENGERTIAN
      Diabetes mellitus adalah suatu kondisi di mana pankreas tidak lagi menghasilkan cukup insulin atau sel berhenti bereaksi dengan insulin yang dihasilkan, sehingga glukosa dalam darah tidak dapat diserap ke dalam sel tubuh. Termasuk gejala sering kencing, kelesuan, haus yang berlebihan, dan kelaparan. Perlakuan termasuk perubahan dalam diet, obat-obatan oral, dan dalam beberapa kasus, suntikan insulin setiap hari.
     Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius termasuk ginjal (ginjal) kegagalan, penyakit jantung, stroke, dan kebutaan. Sekitar 17 juta orang Amerika mengidap diabetes. Sayangnya, sebanyak satu setengah tidak menyadari mereka memilikinya.
      Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
   B. Klasifikasi
      Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
      1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
      2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
      3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
      4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)


 C. Etiologi
   1. Diabetes tipe I:
   a. Faktor genetik
         Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu     predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
   b. Faktor-faktor imunologi
       Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
  c. Faktor lingkungan
       Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
    2. Diabetes Tipe II
      Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Penyebab diabetes mellitus tidak jelas, namun, tampaknya ada kedua (faktor genetik disampaikan dalam keluarga) keturunan dan faktor lingkungan yang terlibat. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa orang yang mengembangkan diabetes memiliki penanda genetik umum. Pada tipe I diabetes, sistem kekebalan tubuh, sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi, diyakini dipicu oleh virus atau mikroorganisme lain yang menghancurkan sel-sel dalam pankreas yang memproduksi insulin. Pada diabetes Tipe II, umur, obesitas, dan sejarah keluarga diabetes berperan.
Pada diabetes Tipe II, pankreas dapat memproduksi insulin yang cukup, bagaimanapun, sel-sel telah menjadi resisten terhadap insulin yang dihasilkan dan tidak dapat bekerja secara efektif. Gejala Type II diabetes bisa dimulai secara bertahap bahwa seseorang mungkin tidak tahu bahwa ia memilikinya. Tanda-tanda awal kelesuan, haus yang ekstrim, dan sering buang air kecil. Gejala lain mungkin termasuk penurunan berat badan mendadak, penyembuhan luka lambat, infeksi saluran kencing, penyakit gusi, atau penglihatan kabur.
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah:
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
         Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
  
f. Pemeriksaan Penunjang
     1. Glukosa darah sewaktu
     2. Kadar glukosa darah puasa
     3. Tes toleransi glukosa
    Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
I. Masalah Keperawatan
   1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
   2. Kekurangan volume cairan
   3. Gangguan integritas kulit
   4. Resiko terjadi injury
j.Diagnosa
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar e lektrolit dalam batasnormal.


3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury














DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar