Minggu, 24 April 2011

tumor otak


 I KOMANG AGUS RAKA DWIANTARA
04.08.1882
A/KP/VI

 TUMOR OTAK

A.   Pengertian
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang menyerang otak. Dikarenakan otak merupakan salah satu organ tubuh yang paling penting, organ lainnya dapat terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak bisa menyerang siapa saja, bahkan anak-anak dan remaja, namun pada umumnya tumor menyerang orang usia produktif atau dewasa.
Walaupun mematikan, tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Saat ini ilmu kedokteran telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan pengobatan telah memberikan harapan hidup bagi para pasien tumor otak. Beberapa faktor yang memengaruhi Prognosa (harapan hidup) penderita tumor otak antara lain; kemampuan deteksi dini; kemampuan mengetahui dengan tepat lokasi tumor di otak; keunggulan teknologi diagnostik dan terapi (operasi) seperti CT-Scan, MRI (Magnetic Resonance Image), mikroskop
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
B.   Etiologi
  1. Riwayat trauma kepala
  2. Faktor genetik
    1. Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
    2. Virus tertentu
C.   Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
Tumor otak   menyebabkan terjadi karena:
Oedema otak Peningkatan massa Obstruksi cairan
otak cerebrospinal jadi meningkat
Perubahan suplai Hidrosefalus
Darah ke otak Kompensasi
  1. Vasokontriksi pemb.drh otak
  2. Mempercepat absorpsi
Cairan serebrospinalis meningkat & menyebabkan :
Nekrosis jaringan
Kehilangan fungsi Gagal secara akut
Kejang Peningkatan TIK Nyeri
Perubahan perfusi jaringan otak
  1. Nyeri kepala
  2. Mual muntah proyektil Defisit knowledge
  3. Hipertensi
  4. Bradikardi
  5. Kesadaran menurun
E.   Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
1.  Jinak
  • Acoustic neuroma
  • Meningioma
  • Pituitary adenoma
  • Astrocytoma (grade I)
2.  Malignant
  • Astrocytoma (grade 2,3,4)
  • Oligodendroglioma
  • Apendymoma
3. Berdasarkan lokasi
  1. Tumor intradural
Ekstramedular
  1. Cleurofibroma
  2. Meningioma
Intramedular
  1. Apendymoma
  2. Astrocytoma
  3. Oligodendroglioma
  4. Hemangioblastoma
3.      Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.


F.   Tanda dan Gejala
         Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya, antara lain :
Daerah Otak Tanda dan Gejala
Lobus Frontalis Gangguan kepribadian
Epilepsi
Afasia mototik
Hemiparesis
Ataksia
Gangguan bicara
Gangguan gaya berjalan
Lobus Oksipitalis Gangguan penglihatan
Lobus Temporalis Halusinasi
Kejang psikomotor
Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)
Kesulitan menyebutkan objek
Lobus Parietalis Tidak mampu merekam gambar
Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.
G.   Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
H.  Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
2.Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata
3.Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
I.  Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual

J.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
  1. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
  2. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
  3. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
  4. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
  5. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
  6. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
  7. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
  8. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
  9. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
  10. Laboratorium:
  1. Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
  2. Fungsi endokrin
     11.  Radiografi:
  1. CT scan.
  2. Electroencephalogram
  3. C – ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

Diagnosa Keperawatan
  1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
  2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
  3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
Rencana Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang : perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil : Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.
Intervensi
Rasional
  • Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
  • Pantau tanda vital tiap 4 jam.
  • Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
  • Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
  • Bantu pasien untuk menghindari / membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan / mengejan.
  • Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
    • Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningaktan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
    • Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
    • Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
    • Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
  • Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
  • Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau mennadakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verb

2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku
untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi
Rasional
  • Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
  • Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
  • Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
  • Berikan kompres dingin pada kepala.
  • Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
  • Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami
  • .Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
  • Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.
Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi
Rasional
  • Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.
  • Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.
  • Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.
  • Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya.
  • Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah proses penyembuhan.
  • Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan.
  • Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
  • Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar